Jumat, 30 Oktober 2009

Sejarah Persib Bandung

Persatuan Sepak bola Indonesia Bandung, atau sering disingkat menjadi PERSIB adalah salah satu tim sepak bola Indonesia. Catatan prestasi tim ini relatif stabil di papan atas kancah persepak bolaan Indonesia, sejak zaman Perserikatan sampai ke Liga Indonesia masa kini.

Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetball Bond ( BIVB ) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.

Atot ini pulalah yang tercatat sebagai Komisaris daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega didepan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan diluar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara Jakarta.

BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung ( PSIB ) dan National Voetball Bond ( NVB ).

Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana,Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.

Di Bandung pun saat itu pun sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang- orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken ( VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah- olah Persib merupakan perkumpulan “ kelas dua “. VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan- pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib dilakukan dipinggiran Bandung—ketika itu—seperti Tegallega dan Ciroyom.

Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang didalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan dipusat kota, UNI dan SIDOLIG.

Persib memenangkan “ perang dingin “ dan menjadi perkumpulan sepakbola satu- satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya.Klub- klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNU dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG ( kini Stadion Persib ), dan Lapangan SPARTA ( kini Stadion Siliwangi ). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.

Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi lam dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga diseluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.

Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun.

Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar diberbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta.

Pada masa itu prajurit- prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta. Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya.

Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda ( NICA ) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.
Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, decade 1950- an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953- 1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah- pindah secretariat. Walikota Bandung saat itu R. Enoch, membangunkan Sekretariat Persib di Cilentah.

Awal Persib memiliki gedung yang kini berada di Jalan Gurame, adalah upaya R. Soendoro, seorang overste replubiken yang baru keluar dari LP Kebonwaru pada tahun 1949. Pada waktu itu, melalui kepengurusan yang dipimpinnya, Soendoro menghadap kepada R. Enoch yang kebetulan kawan baiknya. Dari hasil pembicaraan, Walikota mendukung dan memberikan sebidang tanah di Jalan Gurame sekarang ini.


Pada saat itu, karena kondisi keuangan yang memprihatinkan, Persib tidak memiliki dana untuk membangun gedung, Soendoro kembali menemui Walikota dan menyatakan, “ Taneuh puguh deui, tapi rapat ditiungan ku langit biru,” kata Soendoro.
Akhirnya Enoch juga membantu membangun gedung yang kemudian mengalami dua kali renovasi. Kiprah Soendoro sendiri didunia sepak bola diteruskan putranya, antara lain, Soenarto, Soenaryono, Soenarhadi, Risnandar, dan Giantoro serta cucunya Hari Susanto.

Dalam menjalankan roda organisasi beberapa nama yang juga berperan dalam berputarnya roda organisasi Persib adalah Mang Andun dan Mang Andi. Kedua kakak beradik ini adalah orang lapangan Persib. Tugas keduanya, sekarang ini dilanjutkan oleh putra dan menantunya, Endang dan Ayi sejak 90-an. Selain juga staf administrasi Turahman.

Renovasi pertama dilakukan pada kepemimpinan Kol. CPM Adella ( 1953- 1963 ). Kini sekretariat Persib di Jalan Gurame itu sudah cukup representatif, apalagi setelah Ketua Umum H. Wahyu Hamijaya ( 1994- 1998 ) merenovasi gedung tersebut sehingga menjadi kantor yang memadai untuk mewadahi berbagai kegiatan kesekretariatan Persib.

Kemampuan Persib menjaga nilai- nilai dan tradisinya serta menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tentu tidak lepas dari figur Ketua Umum bukan hanya figur yang berkemampuan mengelola organisasi dalam artian agar organisasi itu terus hidup, melainkan juga figur yang mampu menggali potensi dan mengakomodasikan kekuatan yang ada, sehingga kiprah Persib dalam kancah sepakbola nasional terus berlangsung lewat berbagai karya Persib.

Persib Punya Sejarah Gemilang
JIKA melihat perjalanan Persib Bandung selama mengikuti Kompetisi Sepak
Bola Liga Indonesia yang dimulai sejak tahun 1994 sampai sekarang tahun
2005, boleh jadi Liga Indonesia I yang digelar tahun 1994-1995,
merupakan tahun prestasi bagi Persib.

Pada LI perdana yang merupakan kompetisi gabungan dari peserta asal tim
perserikatan dengan Galatama tersebut, Persib berhasil menorehkan tinta
emas sebagai tim pertama yang memboyong Piala Presiden. Bermodalkan
materi pemain tim juara kompetisi perserikatan tahun 1990, Persib yang
dilatih Indra M. Thohir dan diperkuat para pemain lokal asal Bandung
dan Jabar mampu menghempaskan tim asal Galatama Petrokimia Gresik yang
saat itu telah dihuni tiga pemain asing Jacksen F. Tiago, Carlos de
Mello, dan kiper Darryl Sinerine.

Pada partai final yang berlangsung 30 Juli 1995 di Stadion Utama
Senayan Jakarta (kini Stadion Gelora Bung Karno), gol tunggal Sutiono
membungkam perlawanan Petrokimia 1-0, untuk memastikan gelar juara.
Saat itu Persib sangat produktif dalam mencetak gol. Dari 32
pertandingan selama putaran pertama dan kedua, mampu mengumpulkan 54
gol dan kemasukan hanya 15 gol.

Sebagai juara, Persib memiliki tiket untuk tampil diajang internasional
mewakili Indonesia dalam Piala Champions Asia yang diikuti juara-juara
liga di negara Asia. Prestasi Persib sebagai debutan ternyata tidak
memalukan.

Menumbangkan juara Liga Thailand Bangkok Bank 2-0 di Bangkok dan kalah
1-2 di Bandung. Kemudian mengalahkan juara liga Filipina Pasar City 2-1
di Bandung dan 3-1 di Manila. Hasil ini membawa Persib lolos ke
peremfat final.

Sayangnya meski tampil di depan dukungan ribuan bobotoh di Stadion
Siliwangi, Ajat Sudrajat cs. takluk 1-3 dari juara liga Jepang Verdy
Kawasaki, tumbang 2-3 dari juara bertahan Thai Farmers Bank dan takluk
1-4 dari juara liga Korea Selatan Ilhwan Chunwa. Meski gagal ke
semifinal, pelatih Indra Thohir mendapat penghargaan dari AFC sebagai
pelatih terbaik Asia.

Salah satu catatan unik dari tim ini adalah ketika menjuarai kompetisi sepak bola Perserikatan yang untuk terakhir kalinya diadakan, yaitu pada tahun 1993/1994. Dalam pertandingan final, Persib yang ditulang-punggungi oleh pemain-pemain seperti Sutiono Lamso dan Robby Darwis mengalahkan PSM Ujung Pandang. Kompetisi sepak bola Galatama dan tim-tim Perserikatan di Indonesia kemudian dilebur menjadi Liga Indonesia (LI). Pada laga kompetisi LI pertama tahun 1994/1995, Persib kembali menorehkan catatan sebagai juara setelah dalam pertandingan final mengalahkan Petrokimia Putra Gresik dimana gol tunggal pada pertandingan tersebut dicetak oleh Sutiono. Persib juga merupakan satu-satunya klub Indonesia yang berhasil mencapai babak semi final Liga Champions Asia.

Dan pada tahun keemasannya persib berkesempatan
melawan raksasa Italia AC MILAN !!!,walaupun pada saat itu persib kalah
telak,tetapi Indonesia dan Jabar tetap bangga.

Catatan sejarah sepanjang tahun 1994-1995 ini, bisa jadi bakal sulit
untuk diulangi lagi. Entah kapan lagi Persib bisa menunjukkan
keperkasaannya di Liga Indonesia. Hingga Liga Indonesia X, Persib tidak
pernah lagi juara. Bahkan saat itu Persib sudah menggunakan para pemain
asing yang berasal dari Cile, Paraguay, Uruguay dan Argentina, namun
tetap saja tidak bisa menyamai prestasi Robby Darwis dkk.

Setelah juara LI I, prestasi Persib cenderung turun. Pada empat kali
Liga yaitu LI V tahun 1998/1999, LI VI (1999/2000), LI VIII 2001/2002
dan LI IX (2002/2003) Persib nyaris jatuh ke jurang degradasi.
Pada LI V, Persib lolos dari degradasi setelah pada pertandingan
terakhir mengalahkan tuan rumah Persita Tangerang di Stadion Benteng
Tangerang. Persita yang akhirnya terjun ke jurang degragasi. Begitu
juga pada LI IX, Persib harus bertanding di babak play off bersama
Persela Lamongan, PSIM Yogyakarta, dan Perseden Denpasar. Untung Persib
kembali lolos dari degradasi setelah mengalahkan Persela dan PSIM
dengan angka 1-0, kemudian imbang 4-4 dengan Perseden. Pada LI X Persib
hanya menempati posisi keenam klasemen.

dan prestasi terakhir di Liga Super Indonesi (LSI), persib berhasil meraih peringkat ke-3 setelah bertahun-tahun hanya mampu menduduki papan tengah. jika saja terjadi sedikit keberuntungan, serta kepemimpinan wasit yang lebih adil, maka persib dapat mendampingi Persipura Jaya Pura, sebagai peringkat ke-2 untuk mendampinginya sebagai Tim yang mewakili di liga champion ASIA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar